Orang dunia mengatakan bahwa Life begin at Fourty, barangkali itulah yang sedang saya alami. Kejutan demi kejutan, surprais demi surprais saya dapati melewati hari 28 Mei setiap tahunnya. Tahun ini merupakan yang spesial (pake telor) karena kejutan pun saya terima di dalam rumah. Diceritakan sejak hari senin, istri saya tidak pulang-pulang sampai dekat pukul 14, sementara hari senin itu saya harus segera hadir di sekolah untuk membimbing Akhmad Maulani dan Anastasya Marhasak Silalahi menghadapi OSP Astronomi yang bakal dihelat di awal bulan Juni.
Telepon saya berkali-kali direject karena pada saat yang sama anak saya yang bungsu harus dijemput “tanpa paksaa” karena mengikuti pelajaran tambahan di sekolah dasarnya, sambil pula saya heran mengapa istri saya ini ngga pulang-pulang (jangan-jangan ingin menjadi Mba Toyib kah?) dan sepertinya tidak pernah ada alasan yang tepat sebelumnya, walau istri saya juga wakil kepala sekolah mengurus kegiatan kesiswaan, akhirnya telepon saya dijawab tapi pada saat saya sudah menghantarkan si bungsu di depan pintu pagar dan saya harus segera balik lagi ke sekolah. Kami juga sempat memeriksa sekolah Beliau, kalau-kalau belum pulang eh ternyata sudah tidak ada kendaraannya, dengan alasan sepeda motor masuk bengkel maka saya dapat menerima mengapa telepon saya di-reject oleh sang ibu.
Keesokan harinya sekolah tampak biasa-biasa, lengang kosong sepi, saya mengira bakalan menerima demo yang aneh-aneh dari para siswa, tapi yang saya harap tidak menjadi kenyataan hingga terjadilah sebagaimana tulisan di bagian awal kemarin.
Selanjutnya kiriman kejutan dari kelas X-7 yang harus berjuang menghadang untuk menghantarkan hasil keroyokan mereka bersama saat di bawah tangga :
Pada hari Rabu ini walau sudah lewat sehari, rupanya ada “persaingan” yang tidak terlihat pada kelas-kelas yang saya ajar atau yang mendapatkan waktu khusus tatap muka dengan saya tidak ketinggalan memberi kejutan. Awalnya saya sengaja tidak menggubris kelakuan mereka yang bermalas-malasan, ogah-ogahan, menjawab perintah saya sekenanya dan seenakn
ya saja karena batin saya sudah memberikan sinyal bahwa saya sedang “dikerjain” tapi saya pun tidak kalah akal saya membalas “mengerjain” mereka dengan gaya lawak seperti biasa. Dan siswa W
TF X-5 akhirnya terpaksa
mengalah